KOTAK PENCARIAN:

Selasa, 11 Oktober 2011

Hubungan antara Tingkat Pendidikan Ibu Hamil dengan Keteraturan Pemeriksaan Kehamilan

iklan1
Hubungan antara Tingkat Pendidikan Ibu Hamil dengan Keteraturan Pemeriksaan Kehamilan:
Menurut United States Public Health service (1992), pada abad ke-20 pemeriksaan kehamilan telah menjadi salah satu layanan kesehatan yang paling sering digunakan di Amerika. Pada tahun 1998 terdapat lebih dari 41 juta kunjungan prenatal dengan median sebanyak 12,4 kunjungan per kehamilan. Dalam penelitiannya, Kogan dkk (1998) menemukan bahwa dari 54 juta kelahiran hidup hampir seperempat mempunyai penyulit yang bermakna yang dapat diidentifikasi dan dapat diobati. Peningkatan pemeriksaan ini diperkirakan karena bertambahnya jumlah wanita yang hamil, kesadaran dan pengetahuan ibu tentang kehamilan, kemajuan di bidang ilmu kedokteran, dan meluasnya penggunaan ultrasonografi.

Masalah kesehatan ibu dan perinatal merupakan masalah nasional yang perlu mendapat prioritas utama, karena sangat menentukan kualitas sumber daya manusia pada generasi mendatang. Perhatian terhadap ibu dalam keluarga di Indonesia perlu mendapat perhatian khusus karena Angka Kematian Ibu (AKI) masih tinggi sekali bahkan tertinggi diantara negaranegara Association South East Asian Nation (ASEAN). Pada tahun 2007 AKI saat melahirkan sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB) 35 per 1.000 kelahiran hidup (Azwar dalam Firdiansyah). Keadaan maternal di Indonesia pada saat ini masih cukup memprihatinkan, khususnya di daerah-daerah pedesaan atau di daerah terpencil. Angka kematian ibu yang melahirkan juga cukup tinggi. Ada banyak faktor yang menjadi penyebab keadaan tersebut. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah minimnya pengetahuan tentang resiko-resiko kehamilan yang diakibatkan karena rendahnya tingkat pendidikan, pemeliharaan kehamilan, pengetahuan tentang gizi dalam kehamilan, keadaan ekonomi dsb.

Pada umumnya keterbatasan ekonomi menjadi faktor yang dominan dalam mempengaruhi kematian maternal selain pengetahuan atau pendidikan. Keterbatasan ekonomi dapat mendorong ibu hamil tidak melakukan pemeriksaan rutin karena tidak mampu untuk membayarnya. Sementara rendahnya tingkat pendidikan yang mengakibatkan kurangnya pengetahuan tentang kehamilan atau kelainan-kelainan dalam kehamilan kurang diperhatikan yang pada akhirnya dapat membawa resiko yang tidak diinginkan. Akibat dari rendahnya pengetahuan dari ibu hamil tidak jarang kehamilan banyak menimbulkan adanya kematian baik pada ibu maupun pada bayi yang dilahirkan atau bahkan kedua-duanya. Penyebab kematian maternal dapat di bagi dalam beberapa masalah, yang antara lain adalah masalah reproduksi, komplikasi obstetrik, pelayanan kesehatan dan sosial ekonomi dsb.

Tingkat pendidikan dari ibu yang rendah dapat menyebabkan kurangnya pengetahuan ibu tentang kesehatan termasuk di dalamnya tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan (Ida Bagus G, 2002). Salah satu faktor yang banyak memberi pengetahuan pada manusia adalah pendidikan, baik itu pendidikan formal maupun non formal. Tidak adanya pendidikan pada seseorang dapat menyebabkan kurangnya pengetahuan. Demikian juga dengan ibu hamil yang tidak mengalami atau memperoleh pendidikan tentu saja akan berakibat pada kurangnya pengetahuan tentang hal-hal yang berkaitan dengan kehamilannya tersebut.

Meningkatkan sumber daya manusia serta kesejahteraan keluarga dan masyarakat adalah suatu upaya yang dapat kita lakukan dengan tujuan untuk menurunkan angka kematian maternal. Ini dapat diwujudkan dengan meningkatkan mutu dan terjangkaunya pelayanan kesehatan yang makin merata serta mengembangkan pengetahuan, sikap dan perilaku hidup sehat di masyarakat. Salah satu usaha untuk menunjang hal tersebut adalah dengan memberikan pelayanan antenatal (ANC) yang dilaksanakan dengan baik dan sedini mungkin dengan harapan mencegah kematian ibu melahirkan dan kematian bayi serta dengan meningkatkan kualitas sumber daya ibu hamil.
Hasil penelitian dari Anggoro (2005) menunjukkan bahwa tingkat pendidikan Ibu berpengaruh terhadap sikap imunisasi. Selanjutnya, Anggoro menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seorang ibu semakin baik sikap terhadap imunisasi. Yang pada akhirnya telah mempengaruhi perilaku ibu untuk. mendorong melakukan imunisasi. Selanjutnya, Suminah dan dan Anantanya (2002), menyatakan bahwa sebagian besar kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik seseorang terbentuk melalui proses pendidikan. Kognitif merupakan bagian dari komponen aspek sikap yang mendorong orang untuk berperilaku. Selanjutnya, Kardjati (1985) mengatakan bahwa tinggi rendahnya pendidikan Ibu erat kaitannya dengan tingkat pengertian terhadap perawatan kesehatan, serta kesadaran terhadap kesehatan anak-anak dan keluarganya. Dari kajian tersebut menunjukkan bahwa pendidikan seseorang akan mempengaruhi sikap terhadap kesehatan, yang pada akhirnya akan mempengaruhi perilaku dalam pemeliharaan kesehatan. Masalah selanjutnya adalah apakah juga terjadi bahwa ada hubungan antara tingkat pendidikan Ibu hamil dengan perilaku pemeriksaaan kehamilan untuk perawatan kesehatan baik untuk ibu dan anaknya.

Tidak ada komentar: